Tanggung Jawab Kita Bersama
Beberapa tahun belakangan ini Bencana Alam maupun Bencana Sosial saban hari terjadi seakan tak pernah berhenti. Hampir setiap menit media eloktronik maupun media massa meng up-date informasi tentang bencana yang terjadi disana disini dan dimana mana. Timbul pertanyaan di benak kita, apa yang sedang terjadi ? mungkinkah Bumi langit dan segala isinya murka terhadap tingkah Manusia.
Mungkin saja asumsi itu benar, kita bisa melihat dengan mata telanjang bagaimana rakusnya manusia merusak dan menganggu siklus alamiah alam (baca ; Perubahan Iklim) yang terus menerus tanpa memperdulikan jeritan alam sebagai tanda kekesalan dan kemarahan atas penjarahan dan kemaksiatan yang diperbuat meraka yang tak bertanggung jawab.
Semua Makhluk yang beada di muka bumi menanggung akibat atas kecerobohan dan keserakahan mereka mereka yang hanya ingin meraup keuntungan tanpa memperdulikan lingkungan. Siapa yang mesti bertanggung jawab atas perubahan iklim ini ? Setiap manusia yang mempunyai akal dan pikiran bertanggung jawab atas setiap rentetan kejadian walau tanggung jawab itu menurut kadar dan kemampuan masing masing individu.
Si duek keudroe ( mereka yang hanya duduk/melihat/ tidak ada andil apa apa dlm suatu aktivitas yang menimbulkan bencana), si mat taloe ( mereka yang hanya membantu sekendar saja dan Si Peh Bajoe mereka yang melakukan aktivitas yang mengakibatkan bencana. Kesemuanya mereka bertanggung jawab atas bencana yang menimpa. Seandainya orang yang melihat mengingatkan mereka mungkin saja bencana itu takkan terjadi ataupun bisa dihindari, begitu juga orang orang yang sekedar membantu seandainya mereka tidak menjadi suksesor dari pelaku mungkin saja perbuatan yang dapat merusak keseimbangan alam itu tak pernah terealisasi. Dalam Hikayat Rakyat di Aceh yaitu hikayat Cicem Siwah :
Uek keubeu uek keubeu matee lam seunamuek//Pakoen matee ikah hai keubeu //Hana soe rabee iloen hai po//Pakeun han karabee ikahi hai aneuk miet ? saket pruet iloen hai po// Pakon saket ikah hai pruet ? Bu meuntah iloen hai po // Pakeun meuntah ikah hai bu ? Kaye basah i loen hai po // Pakoen basah ikah hai kaye ? Ujeun rhah ilon hai po//Pakoen ka toh ikah hai ujeun ?//Cangguek lakee, ilon hai po//Pakoen kalakee ikah hai cangguek ? Uleue coh iloen hai po// Pakoen ka coh ikah hai uleue ?//Manoek bathuk ilon hai po//Pakeun ka bathuek ikah hai manoek ?//Kleueung tak ilon hai po//Pakon ka tak ikah hai kleueng ?Siwah tak ilon hai po//Pakon ka tak ikah hai siwah ?Galak-galak kutak sigoe.
"Uek" kerbau menguak Kerbau mati di pengembalaan//Mengapa mati engkau wahai kerbau ?
tak ada yang mengembala daku hai tuan//Mengapa tidak kau gembala wahai sang anak ?
Sakit perut daku hai tuan//Mengapa sakit wahai perut ?Nasi mentah daku hai tuan//Mengaoa mentah kau wahai nasi ?Kayu basah daku wahai tuan Mengapa basah kau wahai kayu ?//Diguyur hujan daku hai tuan.//Mengapa turun engkau hai hujan ?Katak yang minta wahai tuan.//Mengapa kau minta wahai katak ? Ular patuk daku hai tuan//Mengapa kau patuk wahai ular ? Ayam patuk daku hai tuan//Mengapa kau patuk wahai ayam ? Elang yang sambar daku hai tuan//Mengapa kau sambar wahai elang ? Siwah yang tetak daku hai tuan//Mengapa engkau tetak wahai siwah ? Suka-suka aku, kutetak sekali.
Dari Hikayat diatas dapat diambil suatu pembelajaran,yakni rentetan kejadian yang terjadi menjadikan suatu rangkaian atau siklus yang saling keterkaitan tak dapat dipisahkan. Dengan demikian semua kita ditak bisa melepas diri dari tanggung jawab terhadap Bencana yang terjadi dimuka Bumi, baik itu Bencana Alam maupun Bencana Sosial.
Oleh karena itu maka kita wajib mengambil bagian dalam Mitigasi ataupun Pengurangan Risiko Bencana (PRB) baik itu di pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana, sesuai dengan kapasitas masing masing dan juga sesuai dengan ancaman dan kerentanan bencana yang mungkin terjadi disekitar kita.
Komentar
Posting Komentar